When I saw you in Yogya... (Cerpen)

     "Cinta itu ada di saat dua insani mulai dipertemukan pada waktu yang belum pasti,
        mungkin hari ini, esok hari atau mungkin saja beberapa tahun kemudian."
(Cathrine)
   
      "Bisakah cinta itu datang di saat yang diinginkan? Mungkin saat ini. Saat yang aku rasa
       saat aku mulai mendalami cinta yang sesungguhnya." (Michael)
                                   
      Inilah sebuah kisah sederhana tentang cinta yang berawal dari pertemuan singkat dan kisah cinta yang menyatukan mereka menjadi kebahagiaan.


 1 Agustus 2013
 Tok... tok.. tok... Mama membuka pintu yang ternyata tak dikunci.

    "Cathrine, bangun... Udah siang ini, kamu tahu sudah jam 12 ini, Nak.."

    "Aduh, mama.. Aku masih ngantuk. Lagian hari ini kan hari Minggu.. Ma, lima menit lagi aku bangun ya.

   Inilah kebiasaan mama Cathrine  yang setiap hari sibuk membangunkan anaknya karena selalu saja bangun siang meskipun hari sekolah sekalipun.
   Mama pun memasuki kamarnya dan lalu duduk di sebelah kasurnya.

     "Nanti siapa yang mau sama kamu kalau kebiasaan yang seperti ini ga pernah bisa diubah?"

      "Yah, mama. Jangan pikirkan itu dulu deh. Yang penting anak mama sukses ya. Jangan doakan cepat dapat pacar. hehe." Jawab Cathrine sambil menyeringai lalu ia pun berlalu dari tempat tidurnya sambil mengambil handuk.

   Setelah selesai mandi, Cathrine pun langsung mengambil tempat duduk untuk segera makan siang. Ia seringkali terlambat untuk makan siang karena kebiasaannya sendiri, yaitu bangun siang. Hari ini kebetulan mamanya ikut bersamanya untuk makan siang.

       "Cathrine, mama ada hal yang ingin bicarakan padamu."
      
        "Wah mama serius kelihatannya. Pasti soal ulang tahun aku nanti ya atau soal liburan ke Paris?" Terkanya langsung.

         "Bukan, Cath. Ini tentang studi kamu setelah lulus SMA nanti. Mama dan papa sudah sepakat akan menyekolahkanmu di Berlin. Di sana kamu akan tinggal bersama om kamu."

          "Tapi maaf, ma. Sepertinya Cathrine takut untuk bersekolah di sana termasuk cara beradaptasinya."
 
    Lalu Cathrine pun meninggalkan ruang makan dan menuju kamarnya. Ia pun menutup seluruh tubuhnya dengan selimut di atas kasur kecilnya.
           Oh ga mungkin. Aku tak berani meninggalkan tempat ini walau sebenarnya aku mau bersekolah di luar. Apa aku yakin menjalankan semua ini?
    Dalam hatinya ia terus merasa bingung. Otaknya tak bisa berhenti berpikir apa keputusan ini terbaik untuknya.


Jam 8 malam...
    Bel rumah pun berbunyi.
           "Siapa ya, non? Mbok gak berani bukakan pintu kalau sudah malam begini, lagian juga papa mama non lagi pergi" Tanya mbok Ita kepada Cathrine untuk memastikan.

           "Itu teman saya yang cewek kok. Bukakan saja, mbok."
    
    Mbok pun sedikit ragu untuk membuka pintu tapi akhirnya setelah dibuka, ia pun disambut oleh seorang sahabatnya, Nita.
           "Makasih ya Mbok. Saya Nita, sahabatnya Cathrine. Boleh saya masuk?" Tanyanya sopan.
     
           "Iya, silahkan." Jawab mbok.

           "Terima kasih." 

   Cathrine pun masuk dan langsung menemui sahabatnya itu.
           "Halo, Cathrine. Apa kabar? Udah lama ga berjumpa." Mereka pun langsung berpelukan.

           "Aduh, baru juga dua minggu kita ga bertemu sewaktu libur semester panjang ini. Hmm, yuk cerita di kamarku aja. Kamu mau minum sesuatu?"

           "Mungkin teh manis saja."

           "Mbok, tolong buatkan dua gelas teh manis ya."

           "Baik, non." Mbok pun langsung menuju ke dapur.

    Mereka pun saling bertukar cerita di kamar, mulai dari cerita tentang pertemuannya dengan sahabat pena sampai kisah tentang masa depan perguruan tingginya.

           "Aku rasa aku harus meneruskan pendidikanku di luar negeri."

           "Wah, bagus dong kedengarannya." Jawab Nita dengan penuh kagumnya.
     
           "Tapi aku belum siap mandiri. Mentalku belum siap."

           "Bukannya dulu kamu yang memutuskan kan? Yah kamu yang kuat dan sabar. Kamu pasti bisa kok. Memang butuh waktu lama tapipastihasilnya memuaskan kok. Aku percaya kamu deh."

    Tak lama mbok pun mengetuk pintu dan membawa minuman serta makanan kecil.

           "Makasih ya mbok, maaf merepotkan." Kata Cathrine sambil mengusap air matanya.

           "Loh, non, kenapa? Non, jangan sedih ya. Wajah non lebih indah kalau dihiasi senyuman."

           "Iya, ga apa mbok. Makasih ya buat semuanya, termasuk kata-katanya."Balas Nita dengan senyumnya.

            "Sama-sama, non. Mbok keluar ya."

    Kemudian suasana pun mulai membisu.

            "Cathrine, coba kamu lihat minuman ini. Bisakah kamu langsung saja meminumnya?"
     
            "Ya jelas ga bisa. Itu kan masih panas."

            "Makanya aku akan menunggu itu menghangat baru bisa aku meminumnya." Ia pun seakan menjelaskan.

            "Apa hubungannya denganku yah?"

            "Seperti teh inilah hidupmu. Kamu terlahir sebagai orang yang belum mengerti apa apa awalnya, tapi kamu setelah meneliti dan melihat bagaimana cara membuat teh, mengapa harus menggunakan air panas baru gula akan larut, kamu akan mulai belajar. Sekarang hanya butuh waktu dan usaha saja buat mewujudkannya seperti teh ini. Awalnya ia masih sangat panas sehingga setiap orang pun masih ragu untuk menikmatinya walaupun ada beberapa yang tak sabar untuk segera meminumnya. Setelah sabar menunggu, teh itupun menghangat dan dapat segera disajikan. Kayak aku sekarang ini... sluurrpp.."
Nita bercerita panjang lebar.

            "Ah, kamu bisa aja deh." Jawabnya sambil mendorong Nita perlahan.

     Tak terasa mereka terlarut dalam perbincangan hingga saatnya jam menunjukkan pukul 22.00.


 2 Agustus 2013..

     Pagi itu alarm pun berbunyi dan membuat Cathrine terbangun lalu bertanya dalam hati siapa yang menyalakan alarm. Jarang sekali ia menyalakan alarm ini. Ia pun melihat di bawah alarm itu terselip kertas kecil.


    --------------------------------------------------------------------
Dear Cathrine,
           bagaimana tidurmu? Nyenyak? Kebetulan mama
           ingin mengajakmu jalan-jalan ke Yogyakarta, ke 
           tempat nenek, kamu pasti suka. Mama sudah 
           pesan tiket pesawatnya. Jangan lupa siapkan baju 
          keperluanmu. Mandi, sarapan, dan jangan lupa 
          untuk mengenakan sepatu kesayanganmu.

          Mama tunggu kamu di ruang makan jam 12 siang ya.
          Pesawat kita tiba jam 3 sore.
   
                                                          Your sweet mom,
    ----------------------------------------------------------------------

     Cathrine pun terburu-buru dan sudah tak sabar ingin menikmati liburan yang sudah tersisa seminggu lagi. Ia menyiapkan baju-baju kesayangannya, dari bando, rok terusan, dan sepatunya.

        "Ma, aku udah siap." Tiba-tiba ia muncul di balik tangga.

        "Wah, cepat sekali ya. Tapi biasanya disuruh bangun pagi, susah ya." Kata mama menyindirku.

        "Maaf deh, ma. Sekarang ga lagi kok."

        "Ya udah. Ayo makan dulu sebelum berangkat."

        "Oke deh mama." Jawab Cathrine sambil mengedipkan matanya.

    Setelah semua selesai, mereka pun berangkat dari rumah menuju ke bandara Soekarno-Hatta. Cathrine pun hanya membawa tas ransel kecil sebagian besar diisi oleh-oleh dan sebagian lagi ia isi dengan bajunya. Ia sangat tak sabar, sepanjang perjalanan ia hanya menatap tiket pesawat dan tiap detik jarum jam tangan yang menandakan waktu terus bergulir.

   Oh, cepat, cepat. Aku tak sabar rasanya ingin tiba di sana, batinnya.

    Akhirnya pesawat tiba di bandara Adi Soecipto Yogyakarta. Cathrine pun membantu mamanya menurunkan tas yang lumayan berat dari bagasi atas.

        "Wah berat, ma."
    Tak lama ada seseorang yang membantunya menurunkan koper itu.
 
        "Aku bantu ya. Tak keberatan kan?" Suaranya yang lembut seakan menyapanya.

        "Makasih ya."

    Wajahnya yang penuh kehangatan membuat Cathrine sedikit gugup. Cathrine berulang kali mengucapkan terima kasih dan langsung pergi mengikuti mamanya. Lelaki itu hanya bingung dan tersenyum melihat tingkah anak perempuan itu yang tergesa-gesa sambil membawa barangnya.

        "Michael, coba kamu lihat di dekat sepatumu ada apa?" Panggil Ryan, saudara sepupunya yang membangunkan lamunannya.


    Ia pun mengambilnya dan dilihatnya banyak sekali foto-foto Cathrine di sana sendiri maupun bersama sahabatnya dan di halaman terakhir tertera biodatanya meski tidak ada alamatnya.

         "Ini pasti punya perempuan tadi. Apa sebaiknya aku kejar saja ya dia?"
    
   Michael pun berlari ke arah ruang pengambilan bagasi tapi sayangnya ia tak menemukan jejak perempuan itu.

        "Bagaimana? Kamu sudah temukan dia?" Tanya Ryan beberapa saat kemudian.

        "Belum. Andai aku bisa bertemu dia suatu saat nanti."

         "Ya sudahlah, Michael. Nanti kalau memang kalian dipertemukan kembali, kamu bisa mengembalikan album ini kok ke dia." Ryan menenangkan.


    Sesampainya di rumah, Michael pun merapikan seluruh pakaiannya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia pun mulai menyadari ada yang terselip di kantong celananya, ternyata album foto Cathrine. Ia hanya terus melirik dan ia letakkan di atas meja belajarnya. Ditatapnya hingga ia tertidur.


 3 Agustus 2014
   "Ma, lihat album Cathrine ga?" Cathrine sedikit khawatir.

    "Mama ga lihat, apa kamu lupa meletakkannya?" Mama menjawab sambil membereskan kopernya.

    "Oh gitu. Ya deh ma." Jawabnya sambil bersedih.

    "Jangan sedih. Nanti kamu bakal berjumpa sama sahabat kamu lalu foto-foto deh."

    "Iya, tapi itu kenangan yang pernah dikasih sama Tita."

  Cathrine pun sepanjang hari hanya sedih dan bingung bagaimana kalau Tita tahu album yang pernah mereka buat bersama ternyata hilang.
   Tak lama.....

     "Cathrine.."
  Cathrine pun terkejut sekaligus bahagia karena kehadiran Tita, sahabat kecilnya hari ini di rumah neneknya. Mereka pun berpelukan.

      "Tita, apa kabar? Kamu gimana sekolahnya?"
     
       "Aku boleh duduk dulu ga nih? hehe.. Soalnya capek juga jalan ke sini."

       "Oh iya boleh kok. Kamu habis dari mana?"

       "Aku tadi kebetulan lagi mau coba jalan ke sini aja." Jawabnya malu-malu.

       "Pasti gara-gara terobsesi kurus ya? Hmm. Sebenarnya ada hal yang mau aku omongkan. Album itu hilang waktu di pesawat kemarin." Cathrine pun resah karena tak bisa menjaga baik benda itu.

       "Oh kamu sedih gara-gara itu hilang? Hmm nanti kita buat lagi deh, ya lain kali hati-hati oke?"

       "Kamu ga marah kan?"


       "Gaklah. Ayo kita ganti topik ya. Tenang deh, non."

    Cathrine pun bercerita soal pertemuan ia dengan seorang cowok yang baik di pesawat, meski ia ga mengenal namanya tapi ia tetap memikirkannya.

       "Awas, ada yang lagi jatuh cinta nih. Apa sepertinya kamu sedang menyukai seseorang?" sindir Tita kemudian.
   
       "Aku kan cuma kebetulan ketemu orang itu di pesawat. Dia baik dan mau membantuku menurunkan koper. Oh ya sebentar ya. Aku bantu mamaku di dapur dulu ya."
    
     Cathrine seakan berusaha menghindari pertanyaan itu.


Malamnya..
   Cathrine benar-benar tak bisa tidur. Ia masih saja terpikirkan pertanyaan Tita tadi siang.
         Menyukai seseorang?

Ia pun seakan tak bisa menjawab pertanyaan ini. Baginya lebih mudah menjawab tes matematika dibandingkan harus menjawab  pertanyaan yang menurutnya membutuhkan pemikiran stadium yang tinggi.

   Sepatah demi sepatah kata ia mulai tumpahkan dalam tulisan di buku hariannya yang ia rutin tulis tiap malam.

       ===============================================
        Dear diary,
       Menurutmu apa cinta itu?
       Mengapa bagiku dia terasa berbeda walau hanya sebatas 
       bantuan kecil saja?
       Pertemuanku dengannya di pesawat, mengapa seakan kebetulan?
       Aku berharap bisa berjumpa lagi dengannya.

                                                          Good night.....

     ==========================================

4 Agustus 2014
  Pagi ini cuaca di Yogya cukup cerah. Cathrine pun memutuskan untuk keluar dari rumah dan membawa kamera kesayangannya untuk mengabadikan berbagai momen yang ia temukan di setiap sisi jalan.
  Ia pun berjalan menuju ke keraton Yogyakarta dan ia pun mulai mundur melangkah untuk mendapatkan hasil yang ia inginkan.

   Satu... dua,,, tiga...
Tak sadar ternyata di belakangnya ada orang dan hampir saja ia hampir kehilangan keseimbangan. Untung saja orang itu menahannya.
 
      "Lain kali hati-hati ya kalau berjalan." Katanya dengan sopan.

      "Oh ya maaf ya saya ga sengaja."Cathrine langsung meminta maaf seketika.

      "Kita pernah ketemu sebelumnya kan? Oh ya ini album kamu bukan? Kebetulan aku selalu bawa ini, siapa tahu aku bisa bertemu dengan pemiliknya. Eh ternyata ketemu deh. Hehe" Terka orang itu.

      "Eh iya, ini album yang dari kemarin aku cari."

      "Kemarin jatuh di pesawat, aku ambil dan mau mengembalikannya ke kamu. Tapi sayangnya aku ga berhasil mengejarmu."

       "Iya ga apa kok. Makasih banyak ya." Lalu Cathrine pun meninggalkan tempat itu. Tapi...

       "Cathrine?"

    Dia tahu namaku? batin Cathrine.

    Sejak saat itu mereka berkenalan dan mereka lebih sering berjalan bersama jika Cathrine ada waktu. Tiba suatu saat Cathrine akan ultah dan ia akan merayakannya di rumah neneknya. Ia ingin mengundang Michael.

      "Ma, Cathrine boleh undang Michael kan?"

      "Boleh kok. Mama juga sudah siapkan apa yang akan diperlukan besok."

      "Oke deh mama."



Sorenya..
   Cathrine pun terbangun dari tidurnya. Ia terkejut saat melihat jam dinding menunjukkan pukul 14:30. Secepat kilat ia mandi dan ingin sekali hari ini menjadi hari terindah buat dia.

    Tut.. tut...
    Telepon genggam Cathrine berbunyi. Ia cukup kecewa apa yang tertera di layar hpnya berupa SMS dari Michael.

       Maaf, Cathrine, aku tak bisa datang ke acara ultahmu. Ada hal yang harus kuselesaikan.
                                 Selamat ultah ya, sayangku Cathrine yang imut... (Michael)....


   Kenapa sih kamu begitu? Besok hari spesial aku.... 
Cathrine cukup sedih dan sama sekali tak mempedulikan pesan singkat yang masuk ke hpnya.


4 Agustus 2013
   Ulang tahun Cathrine tidak terlalu meriah tapi ia terlihat begitu cantik hari ini. Ia hanya mengundang sanak saudara dan teman-teman dekatnya. Namun kini Cathrine kelihatannya murung dan ada satu hal yang membuat ia kurang yaitu kurangnya kehadiran Michael.

     "Cathrine, kamu kenapa? Kok sedih? Hari ini hari ultah kamu. Oh ya kebetulan udah ada acara pemotongan kue loh. Ayo ke taman belakang.. Ini kan acara spesial kamu." Ajak Tita.

  Cathrine pun berusaha tersenyum terhadap setiap orang dan menyelesaikan acara itu dengan baik. Lalu acara dilanjutkan makan bersama.

      "Kamu cantik kalau seperti ini. Aku ga mau lihat kamu sedih lagi. Jangan lupa makan ya" Aldi mendekati Cathrine saat ia sedang duduk dan hanya menatapi makanannya..

      "Kamu? Aldi bukan?"
Aldi terlihat gagah dengan jasnya.

      "Iya. Masih ingat aku kan? Sahabat lamamu loh."

   Mereka pun saling bertukar cerita satu sama lain, terutama cerita mereka saat mereka dulu SMP.

      "Oh ya, udah malam loh. Aku boleh masuk dulu ya, mau istirahat. Kamu gimana? Mau pulang?"

      "Iya deh. Aku pulang dulu ya. Awas, jangan sedih lagi ya."

      "Makasih ya. Kamu udah berusaha membuat aku senang lagi."


  
5 Agustus 2013
  Ting tong....
   "Kok ada bunyi bel ya di pagi hari gini?"
Lalu mama membukakan pintu dan dilihatnya sebuah bingkisan kado terbungkus indah.
     Buat siapa ya kira-kira?
 
   "Siapa yang bel, ma?" Cathrine menghampiri.

   "Gak tahu. Mama juga pas buka pintu langsung ada bingkisan ini di luar rumah."

   "Aku coba buka ya ma."

  Cathrine pun membuka bingkisan itu dan dilihatnya sebuah gaun merah jambu yang sangat indah dan sepucuk surat bertuliskan, "Cathrine, selamat ultah. Semoga kamu menyukai hadiah ini."
Cathrine terus bertanya dalam hati, siapa yang mengirimkan bingkisan ini untuknya. Mungkinkah Aldi? Atau...? Oh tidak mungkin.
   Tak lama..

   "Hai, Cathrine..Maaf..."

   "Loh kok  kamu di sini? Kamu bisa masuk?"

  Cathrine terkejut melihat kedatangan Aldi yang sudah berada di dalam rumahnya.

   "Maaf, tadi aku melihat pintu depan terbuka. Terus aku pikir aku lihat sejenak mungkin mama kamu atau kamu lupa menutupnya. Oh ya kamu mau ikut jalan bareng aku hari ini?"

  Aldi pun memberikan bunga kepada Cathrine.

    "Oh ya, boleh. Hmm kamu yang kasih aku hadiah gaun ini ya?"

    "Gaun apa? Gak kok. Setahu aku, kamu kan jarang pakai rok atau gaun. Kayanya ga mungkin aku kasih ini." Jawabnya sambil menyengir.

     "Ah kamu bisa aja. Siapa ya kira-kira?"

     "Mungkin pengagummu kali. Hahaha."

  Mereka pun bercanda sejenak lalu dilanjutkan dengan makan siang. Setelah makan siang, Aldi pun berencana mengajak Cathrine jalan.
Dia begitu berbeda ya. Tapi... orang yang itu lebih menyenangkan. Siapa? Michael? Gak.. Gak.. Dia saja ga memikirkanku bahkan sudah beberapa hari ini tak menghubungiku.

     "Aku menyukaimu."
 Pernyataan ini membuyarkan lamunan Cathrine selama sepanjang perjalanan.

     "Kok bisa bilang gitu? Hmm kita juga udah lama ga ketemu loh."

     "Aku suka kamu sejak lama, sejak SMP. Hanya waktu itu aku masih malu-malu. Hehe. Tapi aku ga minta jawaban kamu sekarang kok."

   Cathrine pun hanya tersenyum dan diam seribu bahasa. Ia cukup bingung mengapa secepat itu Aldi mengungkapkan kepadanya. Mereka menikmati senja sore hari bersama tapi mengapa perasaan Cathrine tetap saja tak bisa melupakan satu hal....meski sebenarnya ia juga menyukai Aldi dari caranya memanjakan Cathrine.


6 Agustus 2013
    "Cathrine, bangun..."

    "Ada apa, Ma? Masih pagi kan?" Jawab Cathrine sambil sedikit mengucek matanya.

    "Hari ini antarkan mama ke butik yuk. Mama ga ada teman. Kamu mandi gih."

   Cathrine hanya menuruti keinginan mamanya. Ia pun beranjak dari tempat tidurnya dan mandi.
Sekitar jam 1 siang mereka pun berangkat dan tiba di butik yang ternyata milik mamanya Tita, sahabat Cathrine.

     "Siang, tante. Silahkan masuk. Hai juga Cathrine. Apa kabar?" Tita menyapa.

     "Aku baik kok. Kamu sendiri gimana kabarnya?" 

     "Yuk jalan bareng. Mau ke mana?"

     "Jalan sekitar sini aja."

   Mereka pun saling berjalan dan bercerita termasuk soal Aldi. Sewaktu bercerita....

     "Eh, Cath, itu bukannya Aldi ya?" Tita menunjuk ke suatu tempat.

     "Kamu salah lihat kali, hahaha." Dia tak mempedulikan.

     "Kalau ga mau lihat ya udah."

   Cathrine pun kaget dengan apa yang dilihatnya. Ia melihat Aldi berjalan bergandengan dengan seorang wanita cantik.

     "Iya, cewek itu kan sekelas sama aku dan dengar dengar mereka lumayan dekat."

     "Artinya apa yang dia bilang kemarin bohong dong?"

     "Dia bilang apa?" Tanya Tita penasaran.

     "Dia suka sama aku. Tapi aku masih ragu dan aku sebenarnya mulai menyukai caranya memanjakanku."

     "Cathrine, kamu mungkin baru sekali ini paham akan jatuh cinta. Kamu belum tahu dia yang sebenarnya kan?"

     "Iya, aku menyesal mengapa cepat sekali terpesona sama caranya memperlakukanku."

   Sejak saat itu Cathrine berusaha untuk menghindar dari Aldi. Setiap Aldi menghubunginya, ia tak mempedulikan. Baginya itu akan merusak hubungan Aldi dengan perempuan itu. Ia mengetahui apa yang sudah terjadi dan ia sudah banyak mendengar penjelasan dari Tita tentang Aldi sebenarnya bahwa Aldi sudah memiliki seorang kekasih sebelum mendekati Cathrine.
     Dan... selamat tinggal Yogyakarta, Michael, Aldi, dan semua masa laluku saat aku di sana.


7 Agustus 2013
  Cathrine dan keluarganya kembali ke Jakarta. Liburan telah habis, saatnya kembali ke sekolah.  Besok sudah saatnya Cathrine menyiapkan diri untuk semester keduanya di SMA kali ini.
Ia cukup siap membuka lembaran masa depannya kembali.

Dua hari kemudian...

8 Agustus 2013
  Sekolah dan sekolah. Bagi Cathrine hari ini pasti sangat melelahkan setelah lumayan lama libur. Ia memilih duduk saja di kelas. Nita pun datang menghampirinya.

    "Hei, melamun aja kamu di kelas. Mikirin apa? Eh coba kamu lihat keluar deh."

    "Aku ga melamun kok. Ini lagi diam aja mikir mau ngapain. Memang kamu yang hobi galau haha. Luar? Ada apaan? Tikus lewat ya? Ya udah kamu di sini aja kalau takut."

    "Aku serius nih. Beneran. Ada sesuatu yang menarik deh pokoknya."

  Cathrine pun ditarik tangannya dan mereka menuju ke balkon sekolah. Betapa ramainya suasana yang berada di lapangan sekolahnya.

    "Dia itu murid baru di sini dan rencana akan masuk ke kelas kita. Keren ya dia?"

    "Michael? Ah, biasa aja." Cathrine pun membalikkan badan kembali ke kelas.

    "Kamu kenal dia? Dia gimana sih orangnya? Pasti menyenangkan ya?"

    "Gak tahu juga. Kenal aja sama dia. Udah ya, aku mau tidur."

    "Cath, kamu aneh huh."


  Tak lama bel sekolah berbunyi....

     "Anak-anak sekalian, kita kedatangan murid baru. Baiklah, silahkan perkenalkan namamu." Bu Sera mempersilahkan Michael.

  Michael terihat berbeda kali ini. Ia begitu tampan dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Semua orang di kelas hanya memperhatikan gerak geriknya.

    "Terima kasih untuk bu Sera selaku guru kimia yang telah mempersilahkan saya untuk berdiri di sini dan juga kawan-kawan sekalian. Nama saya Michael Septian. Kalian boleh memanggil saya Michael. Saya berharap kita bisa saling belajar dan berbagi. Selamat pagi."
Michael pun menundukkan badannya.

  Tepuk tangan mengiringi salam perkenalan Michael.

   "Kamu boleh duduk di sebelah Cathrine."

   Apa? Dia mau duduk di sebelahku? Oh tidak. Tapi aku ga bisa berbuat apa-apa. Kalau aku protes, bu Sera pasti menyangka aku ada apa-apa dengannya. Batin Cathrine.

    "Mari kita mulai pelajarannya."

  Sepanjang pelajaran mereka hanya saling diam dan menatap satu sama lain. Michael selalu tersenyum terhadap Cathrine tapi ia hanya cuek saja.

Oh cepatlah istirahat, istirahat. Aku tak sanggup...
  Sebenarnya Cathrine masih kesal sama Michael karena ternyata ia menghilang begitu saja saat ia ulang tahun kemarin.

Jam istirahat pun tiba....
    "Aku mau ngomong sebentar sama kamu. Boleh ya?" Michael memohon.

    "Mau ngomong apa? Bukannya udah jelas kamu benar-benar ga peduli lagi denganku dan menghilang begitu saja?"

    "Maafkan aku. Pada saat ultah kamu itu, aku udah bersiap-siap. Tapi mendadak aku cukup kaget mendengar apa yang terjadi. Ibu meneleponku dan menyuruhku cepat menuju ke rumah sakit. Ternyata sakit ayah kambuh. Saat di rumah sakit, aku menghubungimu tapi kamu ga pernah mempedulikannya bukan? Padahal aku mau menjelaskan kepadamu. Lalu aku pun pulang ke rumah untuk mengambil semua kebutuhan ayah dan kembali lagi ke rumah sakit. Aku merogoh kantong celanaku, ternyata hpku hilang. Aku bingung apa yang terjadi. Apa aku lupa meletakkan. Aku rasa itu jatuh saat aku kembali ke rumah dan saat itu aku benar-benar kehilangan kontakmu. Aku cukup sedih."

    "Lalu kau tak berusaha mencariku?"

    "Saat aku menuju ke rumahmu kemarin, ternyata kau telah kembali ke Jakarta lalu aku menanyakan tentang sekolahmu dan alamatmu. Aku berniat untuk bersekolah di tempat yang sama denganmu dan aku pun langsung mendaftarkan diri hari ini. Berharap dikasih kesempatan agar bisa bersekolah sama denganmu dan sekaligus meminta maaf padamu."

    "Formulir kamu? Data kamu?"

    "Aku akan memberikan semuanya besok. Tenang aja. Aku senang bisa bertemu denganmu itu udah cukup."

    "Hayo mulai deh kamu hahah.."

  Michael pun mengajak Cathrine untuk makan di kantin. Saat di kantin, Michael langsung memberikan sesuatu kepadanya.

     "Cathrine, kamu mau jadi pacarku?"
  Cathrine pun terkejut.

     "Ka...mu.. bilang apa tadi?"
  Cathrine seakan pura-pura tak mengerti apa yang dimaksud Michael.


     "I want to be yours."
  Cathrine pun bingung dan wajahnya memerah.

     "Kamu kan belum lama mengenal aku. Gimana bisa suka?"

     "Aku menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu di pesawat dan sejak itu aku selalu penasaran untuk mencari pemilik album yang sempat kamu sangka hilang itu. Betapa bahagianya aku saat kita bertemu lagi di Jogja kemarin dan ketemunya ga disangka pula. Kita tabrakan. Haha. "

     "Hmm aku sebenarnya juga suka sama kamu tapi...."

  Teman-teman Cathrine tiba-tiba datang dan bersorak ria agar Cathrine menerima cinta Michael.

     "Tapi apa?" Michael pun mengernyitkan wajahnya.

     "Aku bakal kuliah di luar negeri dan kamu tahu, kita bakal jauhan dalam jangka waktu yang lama. Apa kamu siap?"

     "Oh maksudmu itu ya. Ya aku siap kok. Mau kamu di mana aja asalkan kita bisa bersatu nantinya, aku siap. Apa lagi yang jadi penghalang buat kita?"

     "Gak ada kok. Hanya itu saja."

  Cathrine pun menerima pernyataan cinta dari Michael. Tidak pernah bosan bosannya Michael memberikan bunga saat ia datang ke rumah Cathrine.

        Aku mencintaimu sejak awal pertemuan kita...Kau bisa terima?
       Biarkan aku mencintaimu meski suatu saat kita akan jauh. Kuyakin hati kita akan semakin dekat

      ========================================================
                                                                                                   Jumat, 11 Juli 2014     
                                                                                                   Beatrix Intan Cendana    



   


   


   



   

   



            

Komentar

Popular one!