Menantinya Sang Hari Berganti
Hari ini telah kulalui dengan semangat yang menggebu-gebu. Setelah pulang sekolah, ku berjalan mengitari desaku yang penuh jeda tanda kesibukan mulai mereda
. Para petani dan anak-anak melanjutkan perjalanan mereka yang cukup panjang dan kembalim ke gubuk mereka masing-masing. Lalu kulihat di berbagai sisi jalan banyak lansia yang duduk dan melamun seakan terus berharap senja akan mengutarakan pendapatnya untuk berlalu.
Aku yang merasa letih menghampiri warung kecil di pinggir jalan yangh menyediakan berbagai minuman yang membuatku ingin sekedar duduk melepas rasa haus dan capainya perjalananku ini. Sang Ibu menyapaku,"Nak, mau pesan apa?"
"Segelas teh hangat manis ya Bu." Sang Ibu itu langsung bergegas mengambil seteko air dan diletakkannya di atas tungku api tua itu.
"Nak, maaf jika agak lama, Ibu harus menyelesaikan pekerjaan Ibu agar besok dapat dibawa ke sekolah dekat rumah."
Kulihat beliau merajut berbagai macam tas warna-warni yang begitu rapi, penasaran aku dengan teknik yang ia gunakan, bagiku setiap polanya terlihat begitu rumit, dari tali air hingga teknik lainnya.
"Ibu, terlihat sibuk yah, boleh saya bantu?" Ku bermaksud menawarkan diri.
"Iyah, Nak. Ibu merindukan anak Ibu yang belum juga kembali dari kota. Ibu senang sekali dari awal saat mendengar ia diterima menjadi salah satu admin di perusahaan batu bara itu tapi Ibu sedih, setiap hari Ibu harus menunggu hari demi bertemu dengan anak Ibu. Maklumlah dikontrak, jadi tidak bisa pulang tiap waktu." raut wajah sang Ibu terlihat murung.
Sang Ibu tidak bisa merasakan kebahagiaannya tanpa bertemu dengan anaknya, setiap saat ia berharap sang anak kembali dan segera bertemu dengan ibunya. Pembuatan tas yang Ibu lakukan dengan maksud ingin memberikan pada anaknya sebagai janjinya dulu karena anaknya sangat menginginkan tas sejak kecil namun sang Ibu hanya mampu membelikan kantong kecil sebagai pengganti tas. Saat ini saja sang anak telah pergi dan Ibunya berharap hari esok lekas tiba di mana mereka berdua akan dipertemukan kembali.
Aku tak mampu berkata apapun, seruput demi seruput teh yang kuhisap begitu terasa hangat dan membuatku terharu dengan perjuangan sang Ibu yang merindukan anaknya dan yang lebih dapat kurasakan adalah saat menanti sang anak kembali dan melihat perjuangan ibunya membuatkan ia tas. Masihkah sang anak mengingat sang Ibu atau hanya dianggap bayangan belaka saja?
hanya sang hari yang mengubah kisah ini, entah apakah pergantian waktu akan mengubah kualitas hidup orang lebih baik atau sebaliknya...
Jadikanlah hari-hari ini sebagai tumpahan rasa kebersamaan tanpa melepaskannya dengan sia-sia karena saat segalanya pergi, semua akan terasa hampa.
. Para petani dan anak-anak melanjutkan perjalanan mereka yang cukup panjang dan kembalim ke gubuk mereka masing-masing. Lalu kulihat di berbagai sisi jalan banyak lansia yang duduk dan melamun seakan terus berharap senja akan mengutarakan pendapatnya untuk berlalu.
Aku yang merasa letih menghampiri warung kecil di pinggir jalan yangh menyediakan berbagai minuman yang membuatku ingin sekedar duduk melepas rasa haus dan capainya perjalananku ini. Sang Ibu menyapaku,"Nak, mau pesan apa?"
"Segelas teh hangat manis ya Bu." Sang Ibu itu langsung bergegas mengambil seteko air dan diletakkannya di atas tungku api tua itu.
"Nak, maaf jika agak lama, Ibu harus menyelesaikan pekerjaan Ibu agar besok dapat dibawa ke sekolah dekat rumah."
Kulihat beliau merajut berbagai macam tas warna-warni yang begitu rapi, penasaran aku dengan teknik yang ia gunakan, bagiku setiap polanya terlihat begitu rumit, dari tali air hingga teknik lainnya.
"Ibu, terlihat sibuk yah, boleh saya bantu?" Ku bermaksud menawarkan diri.
"Iyah, Nak. Ibu merindukan anak Ibu yang belum juga kembali dari kota. Ibu senang sekali dari awal saat mendengar ia diterima menjadi salah satu admin di perusahaan batu bara itu tapi Ibu sedih, setiap hari Ibu harus menunggu hari demi bertemu dengan anak Ibu. Maklumlah dikontrak, jadi tidak bisa pulang tiap waktu." raut wajah sang Ibu terlihat murung.
Sang Ibu tidak bisa merasakan kebahagiaannya tanpa bertemu dengan anaknya, setiap saat ia berharap sang anak kembali dan segera bertemu dengan ibunya. Pembuatan tas yang Ibu lakukan dengan maksud ingin memberikan pada anaknya sebagai janjinya dulu karena anaknya sangat menginginkan tas sejak kecil namun sang Ibu hanya mampu membelikan kantong kecil sebagai pengganti tas. Saat ini saja sang anak telah pergi dan Ibunya berharap hari esok lekas tiba di mana mereka berdua akan dipertemukan kembali.
Aku tak mampu berkata apapun, seruput demi seruput teh yang kuhisap begitu terasa hangat dan membuatku terharu dengan perjuangan sang Ibu yang merindukan anaknya dan yang lebih dapat kurasakan adalah saat menanti sang anak kembali dan melihat perjuangan ibunya membuatkan ia tas. Masihkah sang anak mengingat sang Ibu atau hanya dianggap bayangan belaka saja?
hanya sang hari yang mengubah kisah ini, entah apakah pergantian waktu akan mengubah kualitas hidup orang lebih baik atau sebaliknya...
Jadikanlah hari-hari ini sebagai tumpahan rasa kebersamaan tanpa melepaskannya dengan sia-sia karena saat segalanya pergi, semua akan terasa hampa.
Komentar
Posting Komentar
Silakan bagi yang ingin memberikan komentar yang membangun ^^. we share our opinion :)