Jika Senandung Masih Tersisa (Cerpen)

Jika Senandung Masih Tersisa
(Tema : Jodoh di Masa Depan)
Oleh : Beatrix Intan Cendana Putri

  Entah mengapa aku sungguh merindukan masa kecilku, saat itu betapa bahagianya aku bersama kedua ortuku, namun sejak kejadian itu...

  Kututup segera buku harianku itu, ah sudah berlalu walau hatiku ingin terus membicarakan tentang itu dan membiarkan sang air mata turun. Kini aku harus melupakan segala kenangan itu, mama kandungku yang pergi karena kankernya di saat aku berumur 3 tahun, teman masa kecil yang sempat menjadi satu alasan kebahagiaanku namun kenyataan membuatku harus menjauh darinya.

  "Jessica.."
  "Hmm.." Langsung kusimpan buku harianku agar tak terlihat sedikitpun oleh Rika, temanku.
  "Jess, kamu tertarik gak ke acara malam ini? Ada anak-anak kece dari SMA di luar negeri juga loh, dia diundang ke SMA kita, wow banget gak sih." Aku hanya mengambil undangannya.
  "Ayo kita pergi makan sambil membahas mau pakai baju apa nanti malam." Aku menarik tangan Rika yang sedang mengagumi acara malam itu.
  Sepulang sekolah aku pun langsung tertidur di atas sofa. Terasa nyaman sampai lupa...
  "Non, bangun, jangan tidur di sini, nanti dimarah bapak."
  "Jam berapa?" Kulihat jam dan kuraih undangan itu, ternyata sejam lagi acaranya dimulai. Secepat kilat aku pun langsung menuju ke kamar dan berberes diri.
  Pakai baju apa? Haduh, dandan kayak mana?  Pikiranku tak tentu.
  "Jess, mau ke mana? Joe jemput kan?" Papa berbicara dari luar kamarku.

  Huff, mendengar nama Joe membuatku tak ingin pergi. Aku memang dari awal tak pernah menyukainya tapi papa selalu berharap aku berjodoh dengannya, anak teman papaku yang sangat kaya.

  "Aku pergi dulu ya, pa." Kucium pipinya.
  Di depan rumah sudah ada Joe.
  "Hai, Joe."
  "Ayo naik!" Joe mempersilakan aku naik.
  Sepanjang perjalanan aku dan dia hanya diam membisu. Aku berpikir kenapa aku mau menerima perjodohan itu dengan alasan yang gak jelas dari papa mamaku kalau mereka merasa berhutang budi dengan keluarganya.
  Joe yang melihat perubahanku saat itu, ia langsung menggegam tanganku dan berharap aku berbicara sepatah dua patah kata.
  "Aku tak apa kok Joe.”

  Setibanya di acara itu aku pun berkumpul dengan Rika dan teman-teman lain begitu juga dengan Joe. Aku merasa bebas, tidak seperti di situasi dalam mobil lagi.

  "Kamu tampil cantik banget hari ini, Jess.." Rika terkagum-kagum.
  "Hmm bentar deh aku mau lihat situasi taman belakang dulu.”

  Tamannya benar-benar menyejukkan, penuh dengan pepohonan anggur yang melingkari sisi pagar coklat, indah diiringi warna gemerlap cahaya lampu. Kutarik nafas dengan penuh haru, pantas saja acara malam ini diadakan di sini, aku senang banget, rasanya seperti surga.

http://thumbs.dreamstime.com/z/little-friends-eating-lollipops-together-lawn-21727467.jpg

  Inikah surga sebenarnya?

  "Ada lagi surga yang lebih indah dari sini kok, yaitu matamu."
  "Kamu siapa?" Kubalikkan arah badanku. Mengapa ia bisa tahu apa yang aku pikirkan? Wajah dan tatapan matanya membuatku tak asing lagi, siapa sebenarnya dia? Tatapnya begitu hangat setelah ia berkata kepadaku, seperti kerinduan itu perlahan terhapuskan.
  "Kamu pasti lupa tentang aku, selama ini..."
  "Jess.. Kamu dicariin Joe." Rika memanggilku.
  "Sebentar, kamu tunggu di sini, aku akan kembali. Jangan ke mana-mana. Oke?"
  Aku pun kembali ke acara dan melihat Joe menatapku dengan tajam.
  "Jess, sudah kubilang kamu hanya boleh bermain dengan teman-teman cewekmu, kenapa kamu buat acara lain lagi?"
  "Kenapa sih Joe, kamu ngatur aku? Aku salah apa? Aku cuma lihatin situasi belakang kok. Penat di sini." Aku meninggalkannya dan kembali ke taman itu. Tapi sayangnya lelaki itu tidak ada lagi dan hanya sepucuk kertas serta sebuah kalung bertuliskan huruf J.

  Dear Jessica Lysia,
Masih ingatkah kenangan dari kalung ini?
Aku terus merindukan dan berharap kita bisa mengulang masa itu. Dulu memang kita masih sangat kecil tapi aku tetap dapat mengingat kamu pernah menjadi bagian dari hidup saya hingga saat ini.
Namun sayang, kamu tetap beranjak pergi jauh meninggalkan aku yang masih di sini setia menunggumu. Aku tak tahu apa yang membuatmu pergi, apa salahku terlalu berat padamu? Bisakah kau memaafkanku?
Jika kau memaafkanku, datanglah esok malam jam 7 ke taman ini.
Aku, Jason 


  Aku kembali ke rumah tanpa mempedulikan Joe yang masih sebal padaku. Kuhentikan taksi. Dalam beberapa menit, aku telah tiba di rumah. Untung saja papa mama sudah istirahat, aku berjalan perlahan ke kamar. Belum sampai membuka kamar...

  "Jess, dia ga antar kamu pulang?" Mama muncul sesaat.
  "Pulang naik taksi, Ma. Besok aku jelasin lagi ya Ma, sekarang mau istirahat dulu. Selamat malam." Aku beranjak masuk ke kamar.

  "Pa, Jason telah kembali."
  "Teman masa kecilmu? Kamu sudah ada Joe, Jess. Lupakan dia, masa lalumu, itu hanya membuatmu teringat kembali dengan mama dan kenangan lama di rumah itu."
  "Saya tak pernah mencintai Joe. Selama ini aku juga selalu ikutin kemauan papa kok, dari urusan pendidikan hingga masa depan aku, tapi bolehkah aku saat ini memilih pendamping hidupku sendiri? " Papa hanya mengangguk.
  Aku pun langsung mengambil mobilku pergi ke tempat Jason menunggu tepatnya di taman itu.
  "Jess, makasih kamu udah datang ke sini." Dia pun memelukku dan kami pun menyatukan kalung kami masing-masing.

  Ternyata senandung rindu itu masih terasa hangatnya di dada ini. Yang hilang terasa akan kembali lagi, cinta yang telah lama berlalu kini bersenandung indah lagi. Akhirnya Jason kembali dan menyatukan rasa yang tak pernah pudar ini.
CREATOR: gd-jpeg v1.0 (using IJG JPEG v62), default quality

Komentar

Popular one!