Program Desa Siaga dan Partisipasi Masyarakat (Entri Masyarakat)


Pada artikel kali ini saya membahas mengenai program desa siaga
yang telah membawa perubahan lebih baik termasuk pemerataan terhadap kesehatan semua penduduk di pedesaan.  Lalu ada apa di balik program yang telah dilaksanakan pemerintah di beberapa tempat di Indonesia ini? Rencana pemerintah yang penuh dengan teka teki ini seakan semakin membuat kita terus bertanya, apakah program dapat berjalan lancar atau tidak, adakah pengakuan yang berarti dari masyarakat mengenai program ini.
Saya memilih topik yang menghubungkan antara desa siaga dan kesehatan modern masyarakat saat ini karena saya yakin dengan semakin berkembangnya jaman, semakin tinggi pula dinamika masyarakat yang mengakibatkan tingginya kebutuhan dan harapan masyarakat pada pemerintah akan kesehatan.
Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk menganalisa hubungan kasus dan program desa siaga, mari kita mencoba melihat faktor apa yang menyebabkan timbulnya isu, termasuk yang tingkat kejadiannya begitu tinggi di negara ini seperti kasus Kematian Ibu dan Anak, AIDS atau kasus sanitasi yang buruk. Faktor apa sajakah yang melatarbelakangi kasus tersebut? Faktor ini dilanjutkan  berdasarkan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yaitu dari sisi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Jika dilihat dari sisi pendidikan ialah kurangnya edukasi pada masyarakat untuk peduli dan peka dengan lingkungan sekitarnya sehingga timbulnya rasa acuh ataupun tidak ada rasa ingin tahu yang sedemikian rupa terjadi di masyarakat modern saat ini yang menyebabkan pemerintah harus lebih aktif lagi mencari cara agar masyarakat lebih tanggap, hal ini bisa kita hubungkan dengan tingkat kesehatan. Padahal ada baiknya mereka belajar mengenai pencegahan seperti contoh menganalisa faktor yang ada lalu menjadi pelopor untuk masyarakat lainnya agar  lebih bisa menjaga lingkungan sekitar RT dan RW supaya tetap bersih sehingga sanitasi meningkat dan tidak mudahnya timbul penyakit menular. Hal lain mungkin bekerja sama dengan kepala daerah setempat untuk mengadakan penyuluhan kepada ibu-ibu hamil.
Lalu apakah yang dimaksud dengan program Siaga ini dan apa andilnya dalam menangani kasus di atas? Program ini merupakan program yang menggabungkan antara struktur pemerintah dan pihak masyarakat, artinya tidak ada lagi renggangan di anatara keduanya, pemerintah bisa secara kondusif memberikan pelayanan pada masyarakat secara langsung dalam berbagai bidang dan mau mendengarkan aspirasi masyarakat tentang pelayanan kesehatan yang ada di daerah mereka. Istilah ini disebut paradigma government . Di balik kata ini adakah prinsip yang ditanamkan sehingga masyarakat lebih yakin dengan program ini? Ya, ada, prinsip akuntabilitas yang menekankan pada tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat serta prinsip partisipatif yang merupakan keikutsertaan pemerintah terhadap masyarakat yang dalam konteks ini pemerintah membaur aktif.
Seiring berkembangnya birokrasi saat ini, masyarakat semakin sadar akan pentingnya pencapaian dari tujuan di birokrasi ini. Mereka semakin memahami karena era globalisasi dan kehidupan yang semakin modern. Tuntutan mereka yaitu mengubah istilah government menjadi governence sehingga pemerintah di sini bukan hanya aktor yang mengontrol suatu sistem kesehatan ini tapi juga turut bersaing untuk memberikan pelayanan terbaik pada masyarakat selayaknya yang dilakukan pihak swasta.
Dari rumusan kasus dan pembahasannya di atas, timbullah kontra terhadap program Desa Siaga yang diakibatkan oleh hal-hal berikut ini :
1) Belum adanya kesiapan sumber daya
Masyarakat belum memiliki tingkat kemampuan dalam mencegah karena kurang adanya rasa ingin tahu dan belajar hal baru.

2) Paradigma yang tergeser
Bagian ini sempat menjadi pokok permasalahan dari dulu hingga saat ini dan telah dibahas di bagian atas dan perumusannya telah menjadi dilema sendiri bagi masyarakat karena belum adanya pengaplikasian dari semua pihak (pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat madani).

3) Kewenangan Pemda yang belum terlihat
Menurut UU No.. 32 Tahun 2004, perlu adanya kewenangan penuh dari Pemda dalam menangani kondisi kesehatan masyarakat di desa. Namun, hasilnya bagaimana? Belum sepenuhnya dijalani, bukan?

4) Bukan hanya soal fasilitas
Pemerintah sangat yakin jika puskesmas dan posyandu dilengkapi dengan berbagai sarana yang lengkap lalu dengan tenaga kesehatan seadanya, dijamin itu sudah memberikan pelayanan yang terbaik. Namun ada hal lain lagi yang lebih penting, seperti revitalisasi yang merupakan pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan gizi atau peningkatan hidup sehat di kalangan ibu hamil.

5) Masyarakat masih pasif
Keacuhan masyarakat sehingga hanya bisa menurut saja pada apa yang diberikan pemerintah tanpa berusaha untuk mengaktifkan diri atau terlibat dalam bidang tersebut, akibatnya kepatuhan lebih berjaya dibandingkan partisipatif. Kesannya masyarakat hanya perlu menyerahkan segala halnya pada pemerintah.
Kemudian bagaimana pemberdayaan masyarakat di era saat ini? Padahal jika pemberdayaan berjalan dengan lancar, ini bisa membantu program Desa Siaga berjalan dengan baik.
Hal pertama yang kita dapat ubah adalah bagaimana dari awalnya jika kita membantu masyarakat mengelola persepsi atau berbagi pendapat mereka tentang kesehatan. Andaikata adanya dorongan dari pihak pemerintah seperti mengajak (bukan membujuk) dengan cara yang unik, mungkin saja masyarakat lebih tertarik, mengadakan berbagai penyuluhan yang bersifat kekeluargaan ataupun memberikan berbagai contoh yang baik dalam menangani kesehatan. Secara logika bisa disimpulkan bahwa dari sejak dulu, masyarakat kita kebanyakan dilatih untuk terima apa adanya dan acuh terhadap politik sehingga program apapun yang dijalankan pemerintah menurut pandangan mereka, itu merupakan bagian dari politik jadi tidak perlu banyak campur tangan. Padahal jika masyarakat bisa lebih aktif, kemungkinan pemerintah tidak kewalahan dan bisa lebih paham apa keluhan masyarakat sebenarnya, tidak hanya menerka-nerka. Memberikan potensi masyarakat merupakan hal kedua yang bisa kita lakukan, edukasi ini sangat berguna dalam menangani hal kecil, seperti mencuci tangan sebelum makan.
Hal ketiga yang perlu dilakukan adalah mencari salah satu tokoh masyarakat yang bisa dijadikan panutan di daerah tersebut lalu dia diharapkan dapat menjadi pelopor dalam pengembangan potensi masyarakat. Kerja tokoh masyarakat ini didukung oleh promosi kesehatan dari dokter yang saat itu bertugas di sana.

Hipotesa yang bisa diambil dari kasus ini adalah masyarakat masih belum memahami kesehatan dan hubungannya dengan program yang dicanangkan pemerintah ini. Alhasil menurut pendapat saya tak bisa dipungkiri lagi bahwa pemerintah telah berjuang walau belum menemukan titik terangnya karena kurangnya partisipatif masyarakat sekitar. Program akan berlaku dengan sempurna jika adanya penanaman dalam jiwa masyarakat tentang keyakinan bahwa program ini akan sukses sesuai yang diharapkan.
Demikian yang saya dapat berikan, akhir kata essay ini memberikan pemahaman bagaimana masyarakat yang hidup saat ini harus bisa menjadi panutan juga untuk sekitarnya, tidak hanya bersikap acuh, namun juga dapat dijadikan panutan karena program tidak akan berjalan semestinya jika sikap lama masih diterapkan saat ini dan pemerintah pun diharapkan juga lebih memahami kebutuhan masyarakat.

Sumber Literatur

Laksana, Nuring Septyasa. 2013. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa dalam Program Desa Siaga di Desa Bandung Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik. (Online), Vol. 1, No.1, (http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Nuring%20Septyasa%20Laksana.pdf, diakses Januari 2013).

Komentar

Popular one!

Inspirasi baru dari hal baru