Andai Aku Sebatang Pohon #puisi

Andai aku bisa menangis, bisakah sang pohon mendengar suara perih hatiku? Bisakah sang langit memahami isi hatiku?
C oba saja waktu dapat diputar, aku ingin memperbaiki skenario yang ada. Skenario yang tak pernah kuharapkan berhasil membuat hidupku tak sebahagia dulu. Kupikir dahulu, menjadi anak kecil tidaklah menyenangkan. Tidak bisa merasakan seperti dewasa, bebas dan bahagia. Namun ternyata semua berbeda saat ku menjalani sebagai dewasa yang alami.

Aku bukan anak kecil yang dapat mudah saja menangis saat menginginkan sesuatu tiba sesuai harapan. Aku bukan sang cilik yang mudah merangkai mimpi dan berharap menjadi kenyataan. Tapi.. aku yang sekarang wanita dewasa yang memegang tanggung jawab akan hari ini dan esok. Aku seseorang yang patut menjaga kepercayaan diriku dan orang lain.\

Andai aku bisa berkata tak ingin menjadi dewasa. Tapi apa daya?

Aku harus bisa berkata mampu namun hati ini sulit meyakinkannya.

Layaknya sebatang pohon yang tak bisa mengungkapkan perasaan sedih atau gembira.. Mungkinkah aku bisa berharap hidupku seperti pohon?

Andai sang puisi dapat menggantikan isi perasaanku ini. Aku sungguh merasa tak berdaya dan kacau seperti layaknya benang kusut yang tak bisa ditemukan mana ujung keduanya. Begitulah aku, yang tak bisa menghubungkan awal dan akhir kisahku.

Kisahku memang tak sesejuk dongeng yang dahulu orangtuaku selalu membacakan kepadaku. Kalaupun iya, lebih baik aku bermimpi saja dan melupakan kenyataan yang hadir.
Pahit, harus kujalani.

Bahagia, sebaiknya kuhargai setiap detiknya.
Di titik bahagia dan duka, aku menemukan pencerahan akan sesuatu yang kuharapkan.
Ataukah memang benar hidupku ini berwarna dengan adanya bahagia dan duka?

Komentar

Popular one!