Hanyalah Sebatas...

   Enam bulan berlalu sejak aku mengenalmu,tawa dan candamu yang khas
dengan tampilan raut wajah yang tak pernah sedikit pun lepas dari senyuman.. aku sungguh tak mampu melepaskan pandangan darimu walau sekilas kau berbalik memandangku,aku hanya terpaku menatapmu.
Mungkin kau bingung apalah aku ini,melihatmu dengan teliti, menyadari bahwa itulah awal kita berjumpa.. apakah ada rasa baru yang hadir dan kutimbun sementara di pikiran ini?
Rasa kagum? Suka atau....?
Ah,kata orang,cinta..
Aku mengabaikan perasaan itu.. tidaklah,ini hanyalah rasa sesaat ketika sepi menjalar pada derasnya hujan di malam hari tapi esok pun kuyakin takkan sendiri karena ada sang langit cerah bersamaku di sini.. namun....
Aku tak bisa mengharapkan langit terus cerah selayaknya apa harapanku padanya..ada saatnya langit pun menjadi mendung dan membuatku kembali merasakan sepi... Di akhir cerita kamu pun datang menyajikan cerita berlanjut tentang sang awan.. kamu mengubah sang awan menjadi hujan dan setibanya aku tunggu adalah sang pelangi. Ya kamu layaknya energi yang bisa mengubah mendungnya hati ini menjadi terang..
Dan kini kita berjumpa kembali dalam sebuah tayangan yang berbeda.. Mungkin di pikiranmu aku kini telah berubah,tidak lagi kekanakan seperti saat pertama kita berjumpa,aku tak lagi akan pernah menyusahkanmu untuk mengambilkanku berlembar-lembar tissue saat makan dan aku pun telah belajar mandiri meniti tiap langkah kakiku agar kau bisa melirikku walau hanya setengah pandangan..
Aku telah menjadi wanita yang kau idamankan,puaskah kamu?
  Karena bagiku menjadi bagian dari hidupmu adalah hobiku saat ini sampai kini pun aku lupa dari sisi mana aku akhirnya bisa memutuskan diriku sebagai bagian dari kisahmu.. Aku hanya ingin menjadi bingkai di hatimu,yang kau posisikan rata dan terus selamanya menetap di sana..
  Ah,dayaku ini seperti apa? Mengharapkan seseorang sepertimu,taklah ada kata yang bisa kuucapkan karena pertemuan kali ini sangatlah berbeda. Kamu bermaksud mengubah persepsiku tentangmu,ternyata selama ini kau hanyalah menganggapku tak lebih dari seorang teman dan hanyalah teman curhat..kau hanya tertawa dan aku mengikuti caramu walau rasa sakit kian merajalela.
Bagimu,itulah julukan yang sangat cocok untuk wanita sepertiku ini. Ya aku pun mengangguk dan tak sadar hati ini mulai meraung dan perlahan mulai membeku tak kunjung reda. Andai bisa kucegah hati agar tetap teguh?

Dan kini untuk dia di sana yang mungkin tak membaca puisiku saat ini,
Aku hanya ingin dia tahu aku bahagia saat mengenalnya pertama kali namun aku terlanjur memendam begitu dalam rasa ini hingga tak tahan jika aku tak melepasnya namun sampai kapan bertahan? Aku tak ingin waktu yang membuktikan tapi biarlah hatiku yang berseru dan berjuang melepaskanmu pergi..
terima kasih untukmu dan segala kenangan yang kau ukir untukku.

Komentar

Popular one!