One Night Princess (Cerpen Fantasi)

“…Putri tidur pun diselamatkan dari tidurnya
yang lama oleh ciuman sang pangeran…”
“Ah, pasti udah mau selesai aja, akhirnya mereka bahagia.”

“Ya udah, besök lagi dongengnya yah. Kamu tidur dulu, Mama juga udah mengantuk.”

Aku pun menarik selimutku, sebelumnya mama memelukku.

“Berdoa dulu ya. Selamat malam.” Mama pun keluar dari kamarku. Masih saja cerita tadi terngiang-ngiang di pikiranku. Andai saja ada di kehidupan nyata, seseorang yang diselamatkan hanya oleh sebuah kecupan. Ah, seharusnya tak usah berpikir aneh-aneh, aku pun memilih segera tidur berharap esok hari segera kembali.

Di sekolah…
Hari ini terasa heboh dengan buku-buku baru yang masuk ke perpustakaan sekolahku. Biasanya memang tiga bulan sekali selalu ada buku baru yang masuk dari penerbit terkenal, apalagi kami SMA Sinar Harapan rata-rata memiliki tingkat intensitas baca yang sangat tinggi. Mereka semua bergerumun termasuk aku yang selalu menjadi peserta pertama untuk cepat mengejar buku baru di sana. Semua tertarik untuk meneliti apakah ada buku petualang atau mungkin pengetahuan yang bisa dibaca.

“Rita, sini. Bapak mau kasih kamu lihat buku ini.” Pak Reza, penjaga perpustakaan memanggilku sejenak lalu memberikan sebuah buku bertuliskan ´Princess and Thor´.

“Wah, saya tertarik Pak. Boleh saya bawa pulang?” Baru lihat dari judul dan warna cover saja sudah membuatku ingin segera meminjamnya.

“Baca di sini saja. Jangan dibawa pulang.” Butuh waktu yang lama untuk membujuk Pak Reza agar bisa diizinkan untuk membawa pulang buku tersebut.

“Baiklah, saya kasih waktu tiga hari.” Pak Reza akhirnya menyerah.

“Makasih, Pak. Bapak memang baik deh.”

“Tuh kalau ada maunya kamu baru merayu deh.” Aku hanya menyengir lalu keluar dari perpustakaan dengan membawa buku itu tanpa mempedulikan target buku lainnya yang ingin kucari sebenarnya. Bel pun berbunyi, segera kusimpan buku tersebut tanpa kubuka selembar pun.

Sejam berlalu..

“Baiklah, anak-anak. Karena Sabtu besok kita libur, ibu akan memberikan kalian tugas untuk membuat tugas kimia yang Ibu berikan pada masing-masing kalian.”

Oke, pulang ini setelah selesai mengerjakan tugas Kimia, aku harus selesaikan bacaan di buku ini. Aku tiba hari ini dengan lebih cepat. Sedikit kupercepat langkahku yang sempat terhenti karena buku yang kupegang terjatuh. Ah, sudahlah, hanya sedikit. Aku mengambilnya segera.

“Mama…” Aku pun tiba dengan menggunakan kemampuan marathonku. Tiba-tiba saja aku sudah muncul di area dapur.

“Kamu sudah pulang? Capek? Ayo makan dulu, Mama lagi membuat kue loh. Would you like to try?” Mama menunjukkannya padaku. Aku langsung saja mencicipinya.
“Taste good, Mom.”

“Eitts, belum cuci tangan loh.” Mata mama mulai menatap sinis pada tanganku yang sedikit kotor.

“Maaf, Ma. Oh ya nanti ya aku makannya. Aku lagi penasaran sama sesuatu hal.”

Mama hanya menggelengkan kepala melihat anak bungsunya ini sedikit mengeyel dan suka dengan sesuatu yang baru.

Langsung saja kurebahkan badanku yang letih ini sehabis Marathon tadi di atas kasurku yang empuk. Kumulai mengerjakan PR kimia dan lalu kubuka buku dongeng tersebut yang masih benar-benar tersampul rapi dan wanginya hmm… masih harum. Apa mungkin Pak Reza masih belum sempat memberikan tanda pada buku ini? Lalu memberikannya saja kepadaku sebagai pembaca pertama.

..Kisah seorang pangeran yang dikutuk oleh nenek sihir dengan racun araknya dengan bermaksud menyimpan dendam pada kedua ortu Sang Pangeran Thor. Hanya seorang wanita berwujud manusia yang bisa menyelamatkan kutukan itu dan ia harus melewati pintu terlarang tersebut dengan menemuken kuncinya agar wanita itu bisa menolong pangeran tersebut yang terkurung di dalam menara itu. Jika…….

Aku tak melanjutkan untuk membaca lagi. Tak terasa sudah hampir sejam aku membaca. Ah, nanti saja kulanjutkan lagi. perutku mulai kompromi, aku makan dan kulihat tidak ada Mama di dapur, mungkin saja sedang beristirahat. Hanya tersisa di meja dapur semangkok sayuran terong dan semangkok nasi. Setelah makan dengan lahapnya lalu mencuci piring, rasa penasaran kembali bergelayutan di pikiran ini, aku pun kembali ke kamar, sekilas menatap buku bersampul merah itu, entah mengapa mata ini mulai perlahan ingin segera mengatupkan kelopaknya. Oh tidak.

Buku itu kubiarkan tergeletak tanpa sentuhan sedikit pun di atas meja belajarku. Aku bergedip sejenak ke arah buku itu, dalam hati aku berjanji akan menyelesaikan misiku membaca buku ini. Aku pun tidur sebentar.

Tak lama aku seakan dibawa ke dunia dongeng, dunia yang sangat indah dalam mimpiku kali ini, banyak bunga dan pepohonan yang seakan begitu ramahnya menanti kehadiranku. Aku terus menari tapi tidak lama sesudahnya, ada suara yang memanggilku….

Aku tersentak bangun dari mimpi singkatku ini. Ternyata Mama memanggilku. Waktu pula sudah menunjukkan pukul 5 sore, kira-kira hampir sejam aku tidur sekaligus bermimpi. 

“Mau ikut Mama?” Aku membukakan pintu kamar dan Mama sambil menunjukkan kantong belanjaan minggu lalu.

“Ke butik? Gak, Ma. Kakak aja yang antar ya kali ini. Aku sedikit letih.”

“Tumben biasanya kamu mau ikut beli baju.” Kak Rara menggodaiku.

“Ma, tadi aku mimpi masuk dunia dongeng, Ma. Kayak beneran deh.”

“Ah, hanya mimpi. Sudah, kamu istirahat saja, biar Kakak yang antar Mama. Mama berangkat yah, daahhh..”

Aku hanya menatap mereka pergi, sebenarnya apa yang terjadi barusan di mimpiku tadi seakan nyata sekali. Hmm, mungkin aku harus baca kelanjutan ceritanya, perlahan aku mulai membuka kembali lembaran cerita khayalan itu.

Jika ada seorang wanita yang mau menolongnya tepat sebelum jam 12 malam ini, maka malam itu akan diadakan pesta dansa. Setelah itu semua akan kembali seperti semula…
Ah seperti Cinderella saja, yang harus kembali sebelum jam 12 malam. Huhh… Bulu kudukku mulai merinding tak menentu dan keringat dingi mulai bercucuran melewati pipiku. Rasa penasaran semakin membara dengan siapa yang sebenarnya telah menolong Sang Pangeran ini. Apakah dia sangat cantik dan menarik? Aku pun membuka halaman selanjutnya. Tapi tersisa 2 halaman kosong. Tertulislah,,

Cerita belum selesai. Yang telah menemukan kertas kecil ini dan membacanya sampai habis, berarti tak lama lagi akan siap memulai petualangan baru. Ingat, manfaatkan waktu baik-baik. Bantu kami selesaikan cerita ini ya! Selamat berpetualang!^^

Mendadak seakan ada sesuatu yang menarikku ke dalam lembaran kosong tersebut, aku terjatuh di atas rerumputan hijau, suasana yang sejuk membuatku tenang. Namun tanganku seakan ditarik kurcaci dan mereka mengajakku ke sebuah menara kecil yang dibatasi oleh pintu yang terkunci rapat. Di depannya bertuliskan agar aku segera menemukan kunci pembuka pintu yang dibuang oleh sang nenek sihir ke negeri angin di sebelah timur menara ini. Sang kurcaci mengantariku ke negeri angin, semilir angin membuatku takut ingin melanjutkan perjalanan ini, rasanya ingin menyerah, tapi…takkan pernah bisa, aku harus menyelesaikan sesuai janjiku.

Aku meraba segala tempat, di gurun itu tidak ada apa-apa selain pohon kaktus. Pasir yang terus bergulir mengenai mataku, badanku seakan terhempas, kunci pun tak kunjung ditemukan.

“Tararata.” Sang kurcaci bersorak ria, lalu memberikan kunci itu padaku. Berharap hanya aku yang bisa membukakan pintu menara itu. Sang kurcaci merah dan biru itu mengingatkan waktu yang tersisa 4 jam lagi. Tak sulit bagiku untuk berkomunikasi dengan mereka walau hanya menggunakan bahasa isyarat. Segera kukembali dari negeri angin.

Segera kucocokkan anak kunci yang ditemukan sang kurcaci dengan lubang kuncinya,  Dua kurcaci itu membantuku mendorong pintu yang telah terbuka kuncinya itu. Ples, bunyi pintu itu sedikit berderit… Aku sedikit terbatuk saat memasuki ruangan yang lembap itu dan di ujung sana kutemukan seorang pangeran terbaring di atas dipan kecil dengan senyumnya yang indah.

Belum selesaikah tugasku kali ini? Membantu tuannya sang kurcaci sudah, tapi mengapa ia tak kunjung bangun dari tidurnya? Sang kurcaci lalu memberiku isyarat agar aku mengecup keningnya agar ia bisa sadarkan diri. Waktu terus berjalan, tak mungkin aku berdiam diri saja, walau aku sedikit malu melakukan hal ini. Namun jika tidak ditolong, sang pangeran akan sirna bersama debu dan takkan pernah bertemu dengan orangtuanya lagi.

Aku mengecupnya lalu kulihat sinar matanya saat ia membuka matanya. Sang kurcaci bersorak gembira.

“terima kasih sudah membantuku. Aku ingin segera bertemu dengan ortuku dan marilah berdansa denganku. Aku berjanji juga untuk memenuhi impianku malam ini juga.” Ia lalu terbangun dari tidurnya yang lama dan menyuruh sang kurcaci melaksanakan yang diperintahkannya. 

Ia lalu mengulurkan tangannya padaku dan aku meraihnya. Entah aku mimpi atau tidak, segera kucubit pipiku kali ini.

“Kamu tidak sedang bermimpi.” Seakan ia mengatahui apa yang kupikirkan.

Tiba di istananya, sang Pangeran berjumpa dengan kedua orangtuanya yang begitu khawatir melihatnya kembali. Sang Pangeran segera menyuruh pelayannya untuk menyiapkan kebutuhanku agar aku segera mengganti bajuku dan berdandan.

Yah,waktunya tinggal 3 jam lagi… Sang pangeran sudah berada di depan pintu.

“Panggil aku Thor dan kamu adalah Princess.”
Aku tersipu malu, ia mengajakku ke ruang dansa, lagu instrumen pun mengiringi dansa pada malam yang romantis itu. Setiap orang di sana seakan berdecak kagum melihatku berdansa dengan Sang Thor.

Benar, mimpi tadi bukan sekadar mimpi saja. Aku berpaling ke dunia dongeng yang penuh kebahagiaan. Melihat kurcaci, rerumputan, negeri angin, dan terutama seorang Pangeran.. Di satu sisi aku merasa beruntung karena tak lama lagi akan melengkapi halaman kosong di buku itu namun di sisi lain aku sedih tak lama lagi akan terpisah dengan sang Pangeran.

Sebelum berpisah, ia memeluk dan mencium hangat keningku. Seakan tak ingin cepat berlalu.
“Sebagai tanda balasan atas kebaikanmu telah menolongku tadi.”

Tepat jam 12 malam, segala berubah, aku kembali ke duniaku dan takkan pernah lagi berjumpa dengan Sang Pangeran. Aku bukanlah Princess lagi namun aku Rita, seorang anak bungsu dari Mama dan Papaku tersayang. Ternyata aku terduduk di kursi belajarku lalu kubuka kembali buku dongeng itu. Halaman yang tadinya kosong kini….

Seorang wanita berwujud manusia yang bernama Princess membantu Thor untuk lepas dari kutukan sang Nenek Sihir.  Princess bahagia dengan berdansa bersama seorang Pangeran karena atas imbalan kebaikan Princessa menolong Thor. Namun waktu memisahkan mereka. Segala kembali normal apa adanya.. Permainan telah selesai dan Princess mulai saat ini mendapat julukan Óne Night Princess´…


Kisah kosong tidak selamanya tak berarti, selagi aku mampu mengisinya akan kuisi dengan kisahku. Bagian inilah yang akan selalu kukenang dalam hidup. Perjalanan yang selama ini kualami adalah kebahagiaan tidak harus bersama dengan orang yang kita sayangi selamanya, namun selagi kita memiliki kesempatan untuk bersamanya hanya membuatnya tersenyum walau sedetik saja itulah kebahagiaan sejati. 

Salam Menulis di bulan April ini,
Beatrix Intan Cendana

Komentar

Popular one!