Paris, Je T´aime :)

   Mungkin aku bukanlah seorang wanita yang sempurna,
   Terkadang ku merasa diriku ini kecil di hadapanmu,


   Mungkin mimpiku terlalu tinggi untuk menggapaimu,

   Mencintaimu, bahkan memilikimu seutuhnya...

   Namun setidaknya aku ialah wanita paling beruntung,
   Pernah mengenalmu, memahamimu, dan 
  kini kau mengajariku segalanya

   Tentang arti cinta sejati dan kebahagiaan..

 Am I your true love?



  SINOPSIS :

   Aku tak mengerti sejak kapan aku jatuh cinta padamu. Mungkin sejak awal pertemuan kita di bawah menara Eiffel itu. Awalnya aku ragu bahkan takut untuk mengenalmu. Aku tak ingin cepat jatuh hati pada seseorang yang baru kukenal saat itu. Jatuh cinta? Oh tidak, aku tidak pandai mengatakan cinta. Bagiku cinta adalah ketika kau bisa mengubah seseorang lebih baik, begitu juga sebaliknya. Hanya itu yang kutahu.
  Kini berharap sekali waktu akan menjawab semuanya. Apakah ini mimpi ataukah menjadi kenyataan? Untuk kesekian kalinya, aku selalu bertanya...

1) Ini Semua Tentangku ;)

      "Eh, kamu tahu gak kenapa hari ini aku bahagia banget?"

      "Aduh, kenapa sih?" Aku bingung karena Lisa, temanku hanya tersenyum menatap foto yang ia pegang. Aku tidak penasaran. Aku tahu foto yang ia pegang pasti adalah foto artis kesukaannya, Kwon Sang Woo. Tapi...

     "Ini bukan foto artis kok. Tapi foto seseorang yang aku suka di kelas musik."

     Ketikanku di atas tuts keyboard aku pun terhenti, seakan ada rasa penasaran ingin mengetahui siapa yang ada di foto itu. Aku pun berusaha merebut fotonya.

    "Eitttss.. Tunggu dulu. Kamu beneran mau lihat? Makanya jangan main di depan blogmu terus." Lisa menggeleng tak membolehkan aku merebut foto itu.

    Aku bersikap biasa saja dan hanya tertawa mendengar pengakuannya tentangku. Kusadari aku adalah seorang Sasha yang memang puitis menurut teman-teman. Tapi akankah kisah cintaku sepuitis puisi yang selalu kutulis ini? Oh, Sasha. Apa yang kau pikirkan, batinku.

   "Ya udah, kalau gitu, rahasia yaa mulai sekarang.. Tapi aku jujur ya, gak mau lihat kamu sedih lagi gara-gara dia. Intinya dia harus buat kamu bahagia. Oke? Let´s move on now.." Aku hanya tersenyum dan kembali memusatkan pikiranku pada tulisan di blogku.

   Aku yakin Lisa paham maksudku. Sejak SMA  aku merupakan bagian diary tentang kisah cinta dia, termasuk soal cowok-cowok yang dia suka. Aku tak pernah bosan mendengarkan kisahnya. Hingga saat kuliah, kami berdua pun mendapatkan beasiswa musik di universitas terbaik di kota Paris, itu pun juga tak membuat Lisa berhenti mencari cinta sejatinya.
 
  "Aku bakal kasihtahu kamu deh, dia merupakan cowok yang terkenal banget di kampus musik kita." Akhirnya Lisa pun menyerah untuk memberitahunya padaku.

   "Yes, I got it. Pasti maksudnya Deo bukan? Yah, wajarlah ternyata lelaki blasteran Jerman-Indo itu yang membuat sahabatku ini sedikit berubah siang ini." Aku mencubit pipinya karena kulihat pipinya mulai memerah seperti tomat.

   "Hmm iya deh. Ya udah, gak usah lagi cerita dia ya. Now it is your turn. Kamu sendiri gimana? Sudah menemukan yang pas di hati?"

   "Aduh, kamu bicara apa sih. Nanti kalau suatu hari aku bertemu dengan orang itu, pasti akan kukenalkan kok."


2) Musik dan kisahku

   Hari ini benar-benar letih setelah dua hari berlatih menggarap instrumen untuk persiapan ujian akhir dari sekolah musikku. Ingin rasanya cepat merebahkan badan sambil membayangkan bagaimana kalau liburan yang akan tiba kali ini, aku gunakan untuk berkeliling kota Paris. Aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah musikku di tempat lain, menurutku aku akan menghabiskan masa-masa terakhir sekolahku di Heidelberg, Jerman sebelum kembali ke Indonesia untuk mengembangkan karirku selanjutnya. Tahun lalu aku sudah berkeliling ke berbagai kota di Austria, seperti Innsbruck. Kali ini suasana diubah. Meski aku sekolah di Paris, tapi aku sangat jarang mengunjungi menara Eiffel, Arch de Triomphe, dan Museum Louvre. Terakhir kukunjungi saat ortuku tiba di Paris.

   Hal ini membuatku benar-benar semangat untuk cepat menyelesaikan ujian yang terakhir ini. Motivasiku adalah bagaimana aku bisa melihat kota Paris lebih dekat. Kali ini aku ingin berkeliling dengan sepeda pink kesayanganku. Sedangkan Lisa, ia memutuskan untuk berliburan selama sebulan di Indonesia. Sepi rasanya liburan kali ini.

   Liburan yang di nanti-nanti pun tiba. Aku telah berhasil menyelesaikan ujianku. It´s time to having fun! Tak sabar aku mengeluarkan si pink dari apartemenku. Aku ingin segera merasakan nuansa kota Paris dan mungkin malam ini aku ingin mengunjungi Eiffel. Yah bakal romantis sekali sepertinya untuk foto-foto dan menikmati indahnya malam di kota Paris. Aku hanya duduk di pinggir Eiffel lalu kuambil ponselku berniat untuk memotret panorama Paris beserta Eiffel.

   Tak lama... salah satu sol sepatu kananku terlepas sehingga membuatku  hampir jatuh ke belakang dan untung saja ada seseorang yang menahanku. Entah aku tak begitu jelas berapa lama aku menatap mata orang yang menolongku itu di kegelapan dan romantisnya Paris ini. Aku pun terbangun.

   "Merci,Monsieur. (Terima kasih, Tuan)" Aku menganggukkan kepalaku sedikit. Aku merasa sedikit malu melihat kejadian yang terjadi pada diriku malam ini.

   "Je vous en prie (terima kasih kembali)." Lelaki itu menampakkan senyumnya yang lumayan lebar lalu pergi. Aku merasa ada sesuatu yang berbeda dari tatapan lelaki itu.

   Aku pun sempat melupakan apa yang akan kulakukan selanjutnya, mungkin melanjutkan kegiatanku dengan berfoto-foto bahkan menghadiri festival malam di Paris ini. Pasar malam kali ini begitu berbeda, yang dulunya kutemukan hanyalah penuh dengan berbagai jenis cokelat, namun kali ini ditambahi dengan permen-permen yang berwarna-warni.


2) Pertemuan Berkesanku

   Aku pun sangat letih setelah menikmati pemandangan kota Paris tadi malam. Aku hari ini berencana untuk pergi lagi ke depan
Menara Eiffel sambil membawa biolaku, bermaksud untuk mencari ide akan instrumen yang ingin kubuat. Padahal sejak awal ku tak berniat untuk bermain musik di sana tapi jika di apartemen saja, apakah ku bisa mendapatkan inspirasi. Aku bosan, hanya ingin mencari suasana baru saja.

   Akhirnya aku menemukan apa yang ku mau. Aku menggesekkan dawai biolaku sambil duduk di depan Menara Eiffel. Kutemukan banyak orang yang mengambil fotoku saat aku bermain, mereka mengelilingiku dan berdecak kagum lalu mengucapkan ´parfait´ yang berartikan sempurna. Ini mungkin bukan saatnya aku menunjukkan kemampuanku di depan mereka karena aku masih sangat pemula jika dibanding pemain biola terkenal seperti Niccolo Paggani. Wah, ingin rasanya suatu saat aku bermain dengannya.

   Di balik kerumunan orang itu, kulihat lelaki itu yang pernah menolongku kemarin, ia tersenyum begitu sangat simpatik menatapku sambil mengerjapkan matanya. Oh, betapa sulitnya aku memalingkan mataku darinya. Apa mungkin dia... orang yang menjadi mimpiku esok hari tepatnya di bawah Menara Eiffel ini? Inilah pertemuan keduaku olehnya walau tanpa sapaan di antara kita.

  Aku tetap memainkan biolaku dengan rasa semangat yang begitu tinggi apalagi dengan kehadiran dia yang selalu memompaku dengan nafas semangat dan harapan bahwa aku bisa.

  Aku benar-benar bahagia bisa menemukan jiwaku dan menemukan inspirasi dari dunia musik ini. Setidaknya musik mempertemukanku dengan lelaki itu di bawah Menara yang romantis ini. Ini mungkin bukan bagian dari impianku tapi dengan berbagi aku pun tahu cara menemukan cinta sejatiku yang sebenarnya. Akankah untuk ketiga kalinya aku akan bertemu dengannya lagi? Bisakah harapanku untuk berkenalan dengannya terwujud?


3) Aku Hanya Ingin...

   Biarkan impian ini mengasah keinginanku untuk menatapnya sekali lagi sebelum aku memutuskan untuk berkuliah di tempat lain, walau sejak awal aku tak berharap tentang pertemuan ini. Aku juga tak yakin akan bertemunya kembali apalagi kali musim liburan telah hampir usai.

   Aku merasa putus asa kali ini, perkenalanku dengannya pasti tidak akan terjadi. Ia mungkin juga takkan pernah melewati tempat ini lagi. Kuyakin ia orang Asia dan terliihat dari paras wajahnya. Aku pun memutuskan untuk menuliskan diary pengalamanku selama di Paris mulai dari sekolah hingga saat ini, saat bertemu dengan orang yang takkan pernah kuraih itu. Mungkin aku takkan pernah merasakan perasaan ini sebelumnya bahwa aku benar-benar merindukan seseorang hanya dari tatapan pertama. Oh Tuhan, apa yang terjadi padaku, apakah aku mencintainya?

   Saat aku menulis itupun, aku sempat bersedih bahkan merasa agak sedikit aneh mengapa aku tak mampu lagi menulis kata-kata di atas kertas putih di diary itu.

   Lalu tak lama aku pun menunduk di atas lututku sambil menutup kedua mataku seakan aku akan menangis mengapa aku tidak bisa menuliskan lagi di diary itu. Tak lama...
Di lenganku terselip sebuah foto. Aku pun membuka kembali wajahku smabil kulihat selembar foto terjatuh di atas tanah. Aku pun mengambilnya, di baliknya tertulis,

   Thanks to complete my day with your smile and spirit. Even I don´t know about you but
    you have changed my world..

Ternyata itu merupakan foto diriku yang sedang bermain biola. Wajahku begitu terlihat anggun di sana walau awalnya aku sedikit gugup saat bermain.

   "Hello, I am the person who has taken so many photos of you. Nice to meet you."

  Oh, ternyata lelaki ini yang selama selang waktu membuat hatiku tergugah, yang sempat membuatku hilang akal sehat hingga aku harus menangis di saat menjelang kepergianku ke Heidelberg. Ia kembali dan saat ini benar-benar aku bisa menyentuhnya bahkan saat harapanku pupus bahwa ia takkan ada buatku lagi. Ia ada dan nyata, bukan sekedar mimpi.

   He makes me sure that nothing is impossible, including about true love :)
Aku memang hanyalah sebagian kecil dari hidupnya tapi aku akan kuat jika kekecilan tentangku ini adalah saat ia bisa menerima diriku apa adanya, bukan ada apanya.
Di bawah Paris ini aku menemukan kisah baruku, mungkin bukan sekedar cinta tapi juga harapan dan kebahagiaan yang dirangkai menjadi satu :)

Paris, Je táime ^^

January 13th, 2015.
Beatrix Intan Cendana


 

Komentar

Popular one!